Hidup
merupakan bagian yang harus dilewati setiap anak manusia. Suka duka terbingkai
indah di antara untaian senyum dan tangis, saling terkait satu sama lain kemudian
melahirkan sebuah kisah kasih yang selalu tersimpan rapi di sisi lain sanubari.
“Aku
berangkat bu!!!.” Teriakku sembari menutup pintu rumah.
Semangatku
kembali menggebu dibawah langit Tokyo yang menjadi salah satu bagian dalam
takdir hidupku, ku kayuh polygon merah kesayanganku melaju pelan sembari
menikmati semilir udara pagi menuju tempatku bekerja. Mentari hangat senantiasa
mencairkan suasana hati walaupun sesekali ku hela nafas panjang bila mengingat
nama itu “Rei”. Hingga detik ini, ku harap dia baik-baik saja.
“Pagi
bener jelek datengnya?.” tiba-tiba Daisuke lewat depan toko kue tempatku
bekerja. Ya Tuhan panggilan jelek
mengingatkanku pada sosok Rei.
“Hmm
iya. Ah tumben kamu lewat jam segini mbem.” kataku sambil memarkir polygon
merah di sisi toko.
“Gag
Zi, aku kebetulan habis dari mini market sebelah. Oya Zi, tar klo kamu pulang
kerja kita jalan- jalan yuk!!, mumpung aku gag ada kuliah ya ya ya plisss aku
tunggu di stasiun shibuya jam 5.”
“iya
mbemmm” balasku singkat pada Daisuke sambil membuka pintu toko. Ya inilah aku, Zia
20th, penjaga toko kue “Sweet Bakery”.
***
Senja
menyapa, ku lihat Daisuke tersenyum
melihat kedatanganku. Kamipun berjalan- jalan disepanjang Takhesita Douri salah
satu nama jalan yang terletak di Harajuku, Tokyo.
“Eh
jamnya lucu ya Zi!”
Tiba-tiba
Daisuke menghentikan langkahnya disebuah toko arloji. Jam tangan indah berwarna
merah marun di kedua beltnya, kulihat Daisuke langsung membayar untuk itu. Aku
menghela nafas, moment ini seperti waktu itu, ketika Rei tiba- tiba
menghentikan langkahnya di sebuah toko arloji dan membeli sepasang jam tangan. Pikiranku
mulai berkecamuk. Seharusnya aku mampu melewati ini dengan baik. Tanpa Rei.
“Jelek
kok diem aja si? Capek ya jalan?” suara Daisuke membuyarkan lamunan sesaatku
tentang Rei.
“
Ah gag kok mbem, pulang yuk, besok aku masuk pagi nih, toko lagi rame banyak
pesanan yang harus dibikin dan dikirim” kataku pelan.
***
Kubuka
laptopku, seperti malam malam sebelumnya, kutulis jalannya hari ini pada blog
pribadiku. Semenjak Rei memutuskan hubungan, aku dan dia tak pernah lagi
bertemu apalagi saling kontak. Terakhir kali aku melihatnya sekitar 6 bulan
yang lalu sepulang kerja, tetapi dia berlagak tak melihatku. Ya Tuhan sungguh
kenangan yang menyesakkan. Tak terasa butiran butiran bening membasahi pipi.
Perlahan
ku usap airmataku dan kulihat teman sesama blogger yang kukenal beberapa bulan
lalu bernama Light meninggalkan sebuah komentar pada tulisan yang baru saja
kuposting .
R-Light Commented
“Harimu begitu menyenangkan ya nona, kapan- kapan aku
juga mau jalan-jalan sama kamu dan orang yang kau sebut Dai itu. :p, oyaa nona,
sepulang ke Jepang nanti bolehkah aku bertemu si nona Penjaga toko kue
Zia-Chan
“ha ha ha Iya light datanglah ke Jepang sesukamu dan akan
kuberi kau cup-cake gratisss cukup bayar setengah :p”
R-Light
“wuihh
cup-cake aku suka itu, aku suka rasa mocca nona, jadi tar bawakan aku yang
mocca ajaa :p, udah dulu ya nona, happy ice cream!!! :p”
R-Light Commented
“Harimu begitu menyenangkan ya nona, kapan- kapan aku
juga mau jalan-jalan sama kamu dan orang yang kau sebut Dai itu. :p, oyaa nona,
sepulang ke Jepang nanti bolehkah aku bertemu si nona Penjaga toko kue?”
Zia-Chan
“ha ha ha Iya light datanglah ke Jepang sesukamu dan akan
kuberi kau cup-cake gratisss cukup bayar setengah :p”
R-Light
“wuihh
cup-cake aku suka itu, aku suka rasa mocca ya nona, jadi tar bawakan aku yang
mocca ajaa :p, udah dulu ya nona, happy ice cream!!! :p”
Aku
hanya tersenyum melihat komentar terakhir Light. Kututup laptopku lalu beranjak
tidur.
***
Kupandangi
lukisan indah pagi dibalik jendela kamarku. Kunyalakan tape dan lagu Yui summer song membangkitkan semangat musim
panasku. Aku masih terduduk di pinggiran jendela ketika ibu menghampiriku dan berkata,
“Happy
Birthday Sayang, ada paket nih buat kamu entahlah dari siapa tadi udah di depan
pintu.”
“Iya bu, makasih ya.”
Ku
tatap Kotak Merah merah yang kini ada di tanganku. Kotak Merah tanpa nama
pengirim, hanya tertulis “Happy Birthday
Zia” pada kartunya. Aku hanya tersenyum lalu ku ambil jam tangan Merah
dengan belt merah marun dari dalam kotak itu dan langsung mengenakannya di pergelangan
tangan kananku. Ku ambil tas kemudian bergegas pergi bekerja.
“Selamat
Pagiiiiiii!!!” teriakku girang memecah keheningan di dalam toko. Terlihat
Tomoko yang sedang membersihkan etalase kasir langsung terlonjak kaget sungguh
menyulut tawaku melihat reaksinya.
“Ah!!
Ziaa snyebelin kamu ngagetin aja!! Eh Selamat ulang Tahun sayanggg ini buatmu, oyah
itu yang di meja belakang ada kue sama kado dari si Daisuke, tadi dia dateng
nitip itu buat kamu, katanya dia mau ke Osaka jenguk neneknya jd gag sempet ngasih langsung”
“Eh
iya makasih Tomoko, wew Daisuke? kok...” belum sempat kulanjutkan kata-kataku Tomoko
langsung memotong.
“Bagus
deh jamnya, baru yah, pasti dari rei.”
“Ih
Tomoko jangan bahas Rei lagi deh, ini dari Daisuke juga kok.”kataku sewot.
Memang, Rei dan aku identik dengan jam tangan, sama-sama suka dengan suara
detik jarumnya.
“Iya
iya tapi tumbenan Daisuke lebay amat kasih banyak kado, ya?.” Lagi- lagi Tomoko
nerocos aja sambil memasukkan rainbow cake ukuran sedang kedalam kotak.
“Eh
Zia, ini tolong anterin ini ke Jl.Konohagakure no 3 ya deket rumahmu kan”
“Iya
ndut-chan..,Eh.. Jl.Konohagakure no.3?. ndut- chan!! Itu kan alamat rumahku, kamu
salah baca deh kayaknya coba lihat catatannya”.
***
Setelah
memposting tulisan hari ini , kurebahkan tubuh lelah ini disamping laptopku. Aku
suka sekali berbaring di kasur yang sedari kecil menemani malamku ini, walaupun
setiap gerakan yang kubuat membuat kasur ini berdecit seakan mau roboh, tapi
ini adalah kasur ternyaman yang aku miliki.
Mataku
menyapu langit- langit putih dengan sarang laba- laba di siku kamar seketika aku
berpikir begitu konyolnya Daisuke hari ini dengan kejutan- kujutannya. Sudah
lama sepertinya tidak merasa sebahagia ini di hari Spesialku sejak Rei hilang dan siapa lelaki yang Tomoko
katakan memesan Rainbow-cake itu?,
sayang sekali kemarin aku di dapur jadi tak melihatnya. Apa mungkin Rei? Ah bukan!
mana mungkin Rei. Kembali ku tepis
pikiran tentang Rei kemudian beralih menatap layar laptopku, seperti biasa
Light menuliskan komentar di bawahnya.
R-Light commented
“Cieh si nona ulang Tahun yah Happy B^day tambah jelek
aja ya nona kadonya nyusul:D, btw minta
dong Rainbow cakenya ^0^)~”
Zia-Chan
“Makasih ya Light, tau aja aku suka rainbow cake. ouh kamu ya yang
ngirim?enak bangettt loh kuenya *dies. Ya iyalah itu aku yang bikin
tauk!!!!*awas aja ntar klo ktemu aku cubit kecil :@”
R-light
“hahahahahahaha LOL Happy Ice Cream nona jelek!! :p aku
udah gag sabar nih pengen di cubit kecil sm nona ~(*o*)~”
Zia-Chan
“Kamu ada di Jepang yAA!!??"
***
Sebulan
berlalu sejak ulang tahunku tanpa Rei. Senja sore ini begitu indah dibawah di
bawah Tokyo Tower bersama Daisuke yang selalu menemani hariku, Makan Ice Cream,
makan Dorayaki sambil bercerita bercanda dan tertawa lepas bersama walaupun
belum mampu kuhapus sosok Rei seutuhnya.
“ini
jelek buat kamu” Daisuke menyodorkan jam tangan berwarna kuning dan memakaikannya
di pergelangan tangan kiriku.
“Ih
lucu banget mbem :D, tapi kan jam tangan yang ini masih bagus aku suka merah,
kenapa kamu beli lagi? Oyah waktu itu maksih juga ya buku bukunya banyak
banget, coklat, sekotak ice cream sama tas pandanya, kenapa kamu maketin semua
itu tanpa pengirim siii lebay ah sok misterius tapi aku suka.”
“Iya.
Tapi Zia dengerin bentar...”
“oyah trus boneka panda itu juga makasih..trus...”
“Zia
dengerin bentar!”
“oh
iya , maaf aku banyak bicara yah hehe habisnya aku seneng si, hayuk gantian kamu
bicara”
“Ok,
Zia aku tu suka sama kamu uda lamaa, kamu sadar gag sih?!, dan aku selalu iri
sama Rei, selalu aja kamu cerita tentang Rei padahal dia udah putusin kamu dan
uda ninggalin kamu! Rei itu brengsek!!” seketika jantungku serasa berhenti
berdetak, tak kusangka Daisuke akan berkata seperti itu. Kucoba setenang
mungkin dan hanya tersenyum menatap Daisuke.
“Makasih
Daisuke... ya klo memang kamu mampu menggeser Rei dalam hatiku, aku akan
mencoba.......tetapi Rei, tak akan pernah terganti, disini..., dihati.”
***
Kubuka laptopku dan kutulis
lagi samar kejadian hari ini dalam blog pribadiku .
Konohagakure 18th Febuary 13
Ya Tuhan.. jika memang ini adalah skenario hidup dariMu, kenapa Kau buat
semua ini seakan menjadi terasa begitu sulit bagiku..Perasaan yang masih koyak
oleh Pangeran masa lalu akankah dapat
tergantikan oleh pernyataan di senja sore ini?. Harus kuakui aku tak mampu
hapus bayang itu seutuhnya..Ia masi menjelma menjadi malaikat malam yang begitu
indah dalam dalam relung hati terdalam... Ya Tuhan aku hanya ingin bertemu
takdirku...Calon Imamku.
By.Zia-Chan
Entah sudah berapa puluh postingan yang
kutulis setiap malmnya dalam blog pribadi ini, dan hanya Light yang selalu
memberi komentar seperti sekarang.
R-Light commented
“Tak usah kau gelisah akan takdirmu wahai nona kecil,
tunggulah ketika jam kecilmu berdetik dibawah sinar rembulan, saat itu pula kau
dapat melihat takdirmu berdiri menantimu, tak pernah berubah, tak pernah
berbalik, ia menjagamu dari kejauhan. Seperti Tuhan yang selalu menjagamu.
ketemu yuk , aku pulang nih :p”
Zia-Chan
“Dan itu adalah harapanku J , ywd besok aja
jam 7PM di taman depan sweet bakery, keyword ‘Happy Ice Cream’ :p”
Sweet
Bakery at 6.30 PM
“Ih
hati-hati mbem, bikin khawatir aja jatuh dari motor sampai kayak gitu, sini
biar ku kompres bentar, aku mau ketemu teman bloggerku.”
Aku
pun mengompres wajah lebam Daisuke, dan tak terasa waktu menunjukkan pukul 7PM.
Bergegas aku keluar toko menuju taman depan toko bersama Daisuke.
Kulihat
sosok Light di bawah sorot lampu taman berdiri sambil menatap indah Bulan Purnama. Aku
berjalan menghampirinya. Aku tersentak kaget sekaligus tak percaya melihat
sosok didepanku begitu juga Daisuke, raut wajahnya seakan ketakutan. Sosok itu ........., sosok yang tak kuharapkan
tetapi begitu kurindukan.
“Rei,
mau apa kamu disini?” tanyaku dingin.
“Tanya
saja pada orang yang datang bersamamu itu”
“Sorry Zia...” suara Daisuke bergetar.
“Sebenernya
ada apa mbem?!” tanyaku pada Daisuke.
pikiranku
mulai tak karuan menerka apa yang sebenarnya terjadi, ku tatap lekat Daisuke
menunggu bibir tipisnya mengucapkan sesutau, tetapi Daisuke malah lari. Ketika aku akan
mengejar Daisuke, Rei dengan cepat manarik lenganku dan menyuruhku duduk di
kursi kayu dibawah sorot lampu. Pikiran dan logikaku masih terus beradu ketika
kucoba untuk tenang.
“Bagus
juga ya jam tangan itu di tanganmu, merah itu memang kamu” Rei memulai pembicaraan. Nada bicaranya masih halus
seperti dulu. Ya Tuhan....
“Oh
ini dari Daisuke, dikasih waktu ulang tahunku kemarin.” Jawabku singkat sambil
membuka beltnya lalu membuang jam tangan itu ke rerumputan.
“Jangan
di buang Zia, kamu kan belum lihat.”
“Lihat
apa?” tanyaku penasaran.
Rei
beranjak dari kursi, lalu mengambil jam tangan itu kemudian memperlihatkan
ukiran kecil di pinggirannya dan
langsung memakaikan jam tangan itu kembali di pergelangan tangan kananku.
Nafasku seakan tertahan membaca ukiran tadi, disana terukir ‘R loves Z’ . Aku kembali terdiam, pikirku
seakan membuka satu per satu kejadian janggal beberapa bulan lalu dan akhir-
akhir ini kemudian menghubungkan setiap bagian yang entah mengapa baru kusadari
sekarang. Selalu dengan Kotak Merah, Cup- Cake rasa mocca, Buku- Buku, Sekotak
Ice Cream, Coklat, Tas Panda, Rainbow cake. Ya Tuhan! Kenapa baru kusadari
sekarang. Tiba- tiba suara Rei memecah keheningan di antara kami berdua.
“Happy Ice Cream Zia-Chan”.
Tanpa sadar air mataku melelah mendengar kalimat itu. Hanya Rei yang tau semua
itu.
.“R-
Light”. kataku pelan.
Terlihat
senyum manis menghiasi wajahnya membuat lesung pipinya nampak di kedua pipnya,
sungguh menentramkan hati. Ya Tuhan, ternyata semua hadiah dan surprise itu
bukan dari Daisuke melainkan Rei.
“dasar
nona jelek yang cengeng, aku kesini cuma mau bilang klo aku itu gag bener-
bener ngilang dan ninggalin kamu tapi emang kita gag mungkin buat pacaran
lag.......”.
Kata-
kata Rei benar- benar memukul, dan sekali lagi kucoba tenang dengannya.
“Aku
tau Rei..aku dan kamu mungkin memang tak di takdirkan bersama”
“Aku
belum selesai jangan potong, aku memang gag mungkin memintamu buat jadi pacarku
lagi, tapi.. maukah kamu menjadi penjaga imanku dimasa depan?”
“maksudmu....”
“Will
you marry me?” kata Rei pelan.
Seakan
mimpi buruk selama ini tergantikan oleh
manis kenyataanku saat ini, Ya Tuhan.. inikah takdir yang Engkau tetapakan
untukku?. Sekarang aku tau...
Rencana Tuhan memang selalu indah, dan kini Kau
kirimkan malaikat terindah disampingku. Malaikat penyempurna hidupku.
“tunggulah ketika jam kecilmu berdetik dibawah sinar
rembulan, saat itu pula kau dapat melihat takdirmu berdiri menantimu, tak
pernah berubah, tak pernah berbalik, ia menjagamu dari kejauhan, seperti Tuhan
yang selalu menjagamu”
Ilustration by Hanggoro Candra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar